"Justice does not come from the outside. It comes from inner peace."
Barbara Hall, A Summons to New Orleans, 2000
Kata "adil" mungkin sudah terdengar tidak asing lagi di telinga kita. Yang membuatnya asing adalah kelangkaan untuk berbuat atau memperoleh sebuah fenomena adil dalam kehidupan. Setiap kita mungkin sering mengeluhkan ketidak-adilan yang kita alami. Tapi sudahkah kita mencoba merenungkan kembali apakah perlakuan yang kita terima memang benar-benar tidak adil, atau justru sebenarnya merupakan satu hal paling adil yang pernah kita terima.
Semua usaha keras yang telah kita lakukan pada akhirnya akan sampai pada satu keadaan dimana kita mengharapkan bahwa usaha tersebut akan membuahkan hasil yang kita inginkan. Namun apa yang terjadi jika ternyata hasilnya jauh dari yang kita harapkan? Dalam arti singkat, gagal. Apakah kita kemudian akan langsung menghakimi keadaan tersebut sebagai sesuatu yang tidak adil?
Memaknai sesuatu sebagai adil atau tidak bukanlah hal yang mudah. Adil itu relatif, adil itu nisbi. Adil tidak hanya melibatkan pribadi seorang, namun juga manusia lain. Selamanya kita akan merasa diperlakukan tidak adil jika kita hanya menganggap kitalah yang lebih pantas memperoleh keadilan tersebut. Namun pada kenyataannya, orang lain juga ingin merasa diperlakukan dengan adil. Sayangnya, acap kali kita menemukan makna adil tersebut berbeda-beda untuk setiap manusia.
Adil selalu berhubungan dengan diperolehnya apa yang memang menjadi hak kita. Lantas adilkah untuk seseorang jika ternyata dia memperoleh apa yang memang sudah menjadi haknya, namun orang lain terus-terusan meneriakkan ketidakadilannya. Adilkah untuk diri kita sendiri jika kita terus membiarkan akal kita memikirkan ketidakadilan yang kita alami, padahal sebenarnya yang paling penting untuk kita lakukan adalah menapak tilas proses yang sudah kita lakukan untuk mencapai sebuah tujuan, tidak peduli apakah akan berhasil atau justru belum waktunya bagi kita untuk memperoleh keberhasilan itu.
Adil terkadang disesuaikan dengan kemampuan kita. Jika ternyata kita memang belum cukup mampu untuk menerimanya, apapun itu, meskipun kita sangat menginginkannya, kita belum akan mampu juga untuk memilikinya. Itulah keadilan. Keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya masing-masing.
Diperlakukan adil atau tidak, itulah hidup. Mungkin buat kita itu itu memang tidak adil, tapi bisa jadi itu adalah hal yang adil buat orang lain. Mungkin kita menganggap mereka tidak pantas menerima keberhasilan tersebut, tapi justru inilah saatnya kita bisa bersikap adil terhadap diri sendiri dengan menerima keberhasilan orang lain.
Kita selalu mengeluhkan tentang ketidakadilan yang kita alami, namun sudahkah kita bersikap adil terhadap diri sendiri?
Tuhan sedang menyusun rencana untuk kita.
Salam saya,